OKU – Lensaperistiwa.id | 5 nama mencuat dalam bursa pencalonan ketua umum Kelompok Pecinta alam (KPA) Gempa Sabatra OKU. Ke 5 nama itu, merupakan anggota KPA Gempa Sabatra dari lintas generasi.
Ketua Umum Gempa Sabatra OKU Fiqi M Akbar saat dibincangi Lensaperistiwa.id menyatakan, Pemilihan Ketua Umum GS dilaksanakan dalam musyawarah Besar (Mubes) yang melibatkan 102 anggota Gempa Sabatra, yang telah teregistrasi dalam buku induk kenaggotaan.
“Registernya lewat nomor pokok anggota (NPA), pengambilan NPA itu bagian dari proses untuk menjadi anggota penuh dalam gempa sabatra,” terang Fiqi.
Menurutnya, masa jabatan ketua Umum GS selama 3 tahun. “Tapi bisa jadi berubah, sesuai kesepakatan mubes, karena mubes sendiri memiliki kedudukan tertinggi di Gempa Sabatra,” terangnya.
Sementara kelima orang yang anggota gempa sabatra yang akan berlaga dalam bursa pemilihan ketua KPA Gempa Sabatra tersebut antara lain YENDRI PRANOTO (LEMOT) yang merupakan salah seorang dari 19orang pendiri gempa sabatra.
Ada pula Deni Ade Saputra (lebay) yang merupakan angkatan II Gempa Sabatra, hasil rekrutmen tahun 2007. Dari angkatan ke III yang diregistrasi pada 2008, mencuat 2 nama, yakni Romzani (centong) dan andi Irawan (tegik).
Disusul pula sosok yakamora (Bara) angkatan ke 4, hasil rekrutmen anggota tahun 2010. Terakhir sosok Muhammad Barokah Habibullah (Jukup) merupakan anggota termuda yang namanya mencuat dalam bursa calon ketua gempa sabatra. M barokah sendiri merupakan anggota dari angkatan ke 11, yang direkrut pada tahun 2010 lalu.
” Tema Mubes kali ini ‘menciptakan Regenerasi yang produktif dan beretitude, serta berpemahaman untuk saling menghargai setiap sejarah yang ada’, karena ini bagian dari sejarah gempa sabatra,” terang Fiqi.
Sementara Hendra Adiansyah SH salah seorang dari badan pengawas gempa sabatra dalam sambutannya menyatakan, menjaga sejarah dan tradisi, menjadi salah satu cara merawat organisasi.
“Karna kita harus ingat sejarah, bung karno dulu berkata, untuk merusak organisasi, cukup mengaburkan sejarah dan menggeser budaya. Ini yang jangan sampai terjadi di gempa sabatra,” terang adi, sapaan akrab hendra adianyah SH.
Dirinya menambahkan, usia gempa sabatra saat ini sudah lebih dari 20 tahun. Tentu kedewasaan berorganisasi menjadi tolak ukur untuk gempa sabatra. (Das)
Comment