Untuk meresmikan kesenian kuda lumping, pemerintah kepala desa mendatangkan sesepuh dari Jogjakarta, orang tersebut adalah sesepuh kesenian kuda lumping.
“Selain sesepuh Jogja kita memberikan seperangkat alat kesenian kuda lumping dan juga alat musik untuk menghidupkan dan melestarikan kesenian terutama Di Desa Battu Winangun,” ucapnya.
Dari sekian banyak kesenian yang beragam di kecamatan ini, kepala desa memilih kesenian kuda lumping di karenakan kesenian inì sudah sempat hilang selama 25 tahu di masyarakat ini.
Untuk itu kepala desa menghidupkan kembali kesenian ini, walaupun perlengkapan kesenian belum seluruhnya lengkap namun sudah bisa di jalankan, dan bisa merangsang anak muda untuk ikut melestarikan.
“Kenapa kita namakan Hangesti karena itu berasal dari Hati, serta budaya dan ikatan batin, walaupun belum seluruhnya peralatan lengkap, namun antusias anak muda sudah terlihat dan banyak mengikuti budaya ini,” ungkapnya.
Sesuai dengan harapan, dengan terbentuknya kesenian inì minimal Anak-anak muda yang akan meneruskan dan melestarikannya, agar tahu kebudayaan berasal Jawa inì.
“Minimal untuk Anak-anak muda yang kelahiran sekarang untuk bisa mengenal budaya seperti kuda lumping dan seni musik gamelan, agar bisa meneruskan ke masa generasi seterusnya,” pungkas Yadi. (gun)
Comment