Lokasi kecelakaan berbau bensin penerbangan dan darah, menurut saksi Reuters.
Pekerja dengan pakaian pelindung dan masker menyisir area, sementara tentara mencari di semak-semak.
Menara kontrol mengeluarkan peringatan benturan burung dan tak lama setelah itu, pilot mengumumkan keadaan darurat (mayday) dan kemudian mencoba mendarat dari arah yang berlawanan, kata seorang pejabat kementerian transportasi.
Seorang penumpang mengirim pesan teks kepada kerabatnya untuk memberitahukan bahwa seekor burung terjebak di sayap, lapor agensi News1. Pesan terakhir orang tersebut adalah, “Haruskah saya mengucapkan kata-kata terakhir?”
Pesawat tersebut diproduksi pada tahun 2009, kata kementerian transportasi.
Kedua mesin CFM56-7B26 diproduksi oleh CFM International, sebuah usaha patungan antara GE Aerospace (GE.N) dan Safran Prancis (SAF.PA), kata kementerian transportasi.
Seorang juru bicara CFM mengatakan, “Kami sangat berduka atas kehilangan penerbangan Jeju Air 2216. Kami menyampaikan simpati yang mendalam kepada keluarga dan orang-orang terkasih yang ada di dalam pesawat.”
**TANTANGAN BAGI PRESIDEN SEMENTARA BARU NEGARA**
CEO Jeju Air, Kim E-bae, meminta maaf atas kecelakaan tersebut sambil membungkuk dalam-dalam pada saat briefing yang disiarkan di televisi.
Dia mengatakan pesawat tersebut tidak memiliki catatan kecelakaan dan tidak ada tanda-tanda kerusakan yang muncul sebelumnya. Maskapai tersebut akan bekerja sama dengan para penyelidik dan menjadikan dukungan bagi keluarga korban sebagai prioritas utama, kata Kim.
Tidak ada kondisi abnormal yang dilaporkan ketika pesawat tersebut meninggalkan Bandara Suvarnabhumi Bangkok, kata Kerati Kijmanawat, Presiden Airports of Thailand.
Penumpang yang ada di dalam pesawat tersebut termasuk dua warga negara Thailand, sementara sisanya diyakini merupakan warga negara Korea Selatan, menurut kementerian transportasi.
Ini adalah penerbangan fatal pertama bagi Jeju Air, sebuah maskapai penerbangan bertarif rendah yang didirikan pada tahun 2005 dan kini berada di urutan ketiga setelah Korean Air Lines (003490.KS) dan Asiana Airlines dalam hal jumlah penumpang di Korea Selatan.
Kecelakaan ini terjadi hanya tiga minggu setelah Jeju Air memulai penerbangan reguler dari Muan ke Bangkok dan kota-kota Asia lainnya pada 8 Desember.
Bandara Internasional Muan adalah salah satu bandara terkecil di Korea Selatan, namun telah melihat lonjakan jumlah penumpang internasional hampir 20 kali lipat, mencapai 310.702 penumpang dari Januari hingga November, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2022, menurut data pemerintah.
Model Boeing yang terlibat dalam kecelakaan, yaitu 737-800, merupakan salah satu pesawat komersial yang paling sering diterbangkan di dunia dengan catatan keselamatan yang umumnya kuat. Pesawat ini dikembangkan jauh sebelum varian MAX yang terlibat dalam krisis keselamatan Boeing baru-baru ini.
Boeing mengatakan dalam pernyataan yang dikirim melalui email, “Kami telah berhubungan dengan Jeju Air mengenai penerbangan 2216 dan siap memberikan dukungan kepada mereka. Kami menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga yang kehilangan orang-orang terkasih, dan pikiran kami tetap bersama penumpang dan kru pesawat.”
Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) belum memberikan tanggapan segera terhadap permintaan komentar.
Semua penerbangan domestik dan internasional di bandara Muan dibatalkan, lapor Yonhap.
Presiden sementara Korea Selatan, Choi Sang-mok, yang ditunjuk sebagai pemimpin sementara negara tersebut pada hari Jumat dalam krisis politik yang sedang berlangsung, tiba di lokasi kecelakaan dan mengatakan bahwa pemerintah sedang mengerahkan semua sumber daya untuk menangani kecelakaan ini.
Dua wanita Thailand berada di pesawat tersebut, berusia 22 dan 45 tahun, kata juru bicara pemerintah Thailand, Jirayu Houngsub.
Kementerian Luar Negeri Thailand kemudian mengonfirmasi bahwa keduanya termasuk di antara korban yang tewas. Kedutaan Besar Thailand di Seoul sedang berkoordinasi dengan pihak Korea Selatan dan mengatur perjalanan anggota keluarga korban dari Thailand, kata kementerian dalam sebuah pernyataan.
Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban tewas dan yang terluka melalui sebuah unggahan di X (Twitter), mengatakan bahwa ia telah memerintahkan kementerian luar negeri untuk memberikan bantuan. (*/reuters)
Comment