“Sebagai contoh, dalam sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI), para tokoh seperti Soekarno, Mohammad Hatta,
Soepomo, dan Agus Salim sering kali mengemukakan pandangan yang beragam,” jelasnya.
“Perdebatan terjadi, terutama dalam hal dasar negara, di mana ada yang mengusulkan dasar negara yang lebih
bersifat keagamaan dan ada yang mendukung dasar negara yang sekuler. Akhirnya, mereka mencapai konsensus
dengan mengadopsi Pancasila sebagai dasar negara, yang diakui sebagai cerminan pluralisme bangsa Indonesia,” Imbuhnya.
Pluralisme ini menunjukkan komitmen pendiri bangsa untuk menciptakan negara yang menghargai perbedaan,
menjaga persatuan, dan menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan golongan atau kelompok tertentu.
“Dari sinilah kita terutama saya dan pak Singgih akan membangun Kota Jogja menjadi lebih baik dan nyaman bagi warganya,” pungkasnya.