Nilai ketiga yang Haedar tekankan adalah persatuan dalam keberagaman. Ia mengapresiasi bagaimana UGM menjadi tempat yang menyatukan berbagai latar belakang untuk belajar bersama.
Sedangkan nilai keempat, yaitu “kampus rakyat”, mengajarkannya untuk mencintai dan memberdayakan rakyat melalui kerja-kerja ilmiah yang nyata.
Cendekiawan kelahiran Bandung ini juga menegaskan pentingnya implementasi kecintaan terhadap rakyat tidak hanya secara simbolis,
seperti memberi bantuan langsung, tetapi melalui kebijakan yang berpihak kepada masyarakat kecil.
“Kita perlu menyelamatkan rakyat melalui pendekatan berbasis ilmu dan kebijakan yang memberdayakan,” tegasnya.
Nilai terakhir yang diungkapkan Haedar adalah orientasi global. Menurutnya, kampus seperti UGM dan Muhammadiyah harus aktif merespons isu-isu global,
seperti Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan perubahan iklim. Ia juga mengapresiasi program UGM Wanagama di IKN yang menjadi contoh kontribusi nyata untuk masa depan.
Penghargaan HB IX Award ini tidak hanya menjadi pengakuan atas kontribusi Haedar, tetapi juga cerminan nilai-nilai yang ia bawa dari UGM.
Haedar berharap nilai-nilai tersebut dapat terus menginspirasi generasi muda untuk berkontribusi lebih besar bagi bangsa dan dunia.